Ki Ageng Kingiran yang baru saja pulang pulang dari nyisik ikan di kali terkejut. Ia mendengar suara suara tangisan bayi . Ki Ageng Kingiran sempat akan lari karena ketakutan.Tapi begitu melihat itu adalah suara bayi yang benar-benar memelas. Ki Ageng kebingungan akan diambil atau tidak.
Tiba-tiba muncul Sunan Kalijogo agar Ki Ageng mengambil dan memelihara bayi itu. Kata Sunan Kalijogo, bayi itu kelak akan jadi orang penting dan punya ilmu linuwih. Ki Ageng Kingiran lalu membawa pulang. Bayi itu terlihat sangat kelaparan. Warga desa heboh! Ki Ageng Kingiran menemukan bayi di tepi sungai! istri Ki Ageng Kingiran, Nyi Ageng Kingiran nampak senang karena selama ini ia mendambakan punya anak laki-laki. Selama ini Ki Ageng Kingiran hanya mempunyai satu anak bernama Sumiyem. Oleh Ki Ageng Kingiran, anak itu lalu diberi nama Saridin.
DESA MIYONO, 20 TAHUN KEMUDIAN….
Saridin nampak sedang mempertontonkan kelebihannya di hadapan banyak warga desa. Gayanya sombong dan Ia berkoar-koar ia anak yang sakti. Ternyata dari awal ia punya ilmu laduni. Semua menatap Saridin antara takjub dan benci. Tiba-tiba kakak Saridin, Suminten datang memberi tahu kalau ayah mereka Ki Ageng Kingiran dalam keadaan kritis. Saridin awalnya tidak percaya, tapi ia lalu pulang. Nampak Ki Ageng Kingiran sudah dalam keadaan berat. Ia berpesan pada Saridin, Sumiyem dan Branjung, suami Sumiyem, bahwa usia Ki Ageng Kingiran sudah tidak lama lagi. Ia tidak punya apa-apa kecuali sebuah pohon durian yang sangat lebat dan tak pernah berhenti keluar buahnya pada Saridin dan Brajang. Cara membaginya, kalau malam buah durian yang jatuh adalah rejeki Saridin, sedang kalau siang adalah rejeki Sumiyem dan suaminya, Branjung. Tak lama kemudian Ki Ageng Kingiran meninggal.